Sabtu, 14 November 2009

Ada 1001 peluang disekitar Anda

Teringat akan kata-kata pak Bob Sadino, “Ada 1001 peluang di sekitar Anda”. Dahulu saya pikir hal tersebut adalah sesuatu yang mengada-ada, bagaimana mungkin ada 1001 peluang ketika tidak satu pun terlihat bisa menjadi peluang bagi kita. Jika satu tidak ada bagaimana mungkin 100, 200 atau 1000? Sehingga sempat terpikir jika peluang itu hanya dapat ditemukan dengan keberuntungan dan sayangnya keberuntungan tersebut tidak pernah menghinggapi kita.

Dengan berjalannya waktu, sedikit-sedikit kata-kata tersebut memberikan bukti. Memang ada banyak peluang di sekitar kita, kita bisa menganggap peluang tersebut adalah sebuah masalah. Mengapa masalah bisa menjadi peluang? Sejauh yang kita ketahui masalah adalah sesuatu yang membebani kita. Masalah adalah sesuatu yang kita hindari dan tidak berguna untuk dihadapi.

Kita diberikan peluang untuk memecahkan masalah yang tidak banyak orang ingin memecahkannya. Dan sering kali ketika kita memecahkan sebuah masalah maka peluang itu menjadi sukses bagi Anda. Kalau diambil contoh seperti misalnya Bill Gates, Ia berusaha untuk memecahkan masalah tentang terbatasnya akses komputer di kalangan masyarakat karena mahal dan susah digunakan. Bill Gates memecahkan masalah dengan memanfaatkan personal computer yang berharga jauh lebih murah dari UNIX computer dan mengembangkan sistem operasi Windows yang mudah digunakan.

Bill gates adalah contoh sukses besar dalam pemecahan masalah. Di sekitar anda, mungkin Anda pernah melihat sukses-sukses kecil karena mereka berhasil memecahkan masalah. Contoh realnya bisa dilihat dari perkembangan alat-alat pertanian, alat-alat transportasi, alat-alat elektronik, dan alat-alat konstruksi. Semua itu karena mereka bisa memecahkan sebuah masalah.

Jadi bagi orang yang jeli, masalah adalah peluang bagi mereka. Namun disini bukan berarti kita menjadi orang yang suka membuat masalah, namun kita seharusnya adalah orang yang bisa memecahkan masalah. Dengan membiasakan diri untuk memecahkan masalah-masalah kecil maka kita akan terbiasa untuk menciptakan peluang.

Kita tidak harus memanfaatkan 1001 peluang disekitar Anda, tapi pilihlah beberapa yang sesuai dengan minat Anda dan kemampuan Anda saat ini. Jika Anda suka bunga Anda bisa mencari cara untuk membuat tanaman semakin semerbak dan semakin menarik. Jika Anda suka pelihara binatang, mungkin anda bisa mencari cara untuk menyembuhkan penyakit atau mungkin cara menernakannya. Jika Anda berhasil memecahkan masalah tersebut, anda bisa menjual ide tersebut bukan?

Keberuntungan yang disebutkan di paragraf satu sebenarnya bisa dilatih, sehingga kita bisa selalu dihinggapi keberuntungan. Artikel berikut memberikan penjelasan tentang Faktor keberuntungan yang dimiliki oleh beberapa orang.

Semoga artikel yang sangat singkat ini bisa memberikan pencerahan bagi Anda semua. Semoga anda bisa menemukan keberuntungan itu dan memanfaatkan peluang di sekitar Anda

CARA TUHAN

OLEH : ANDY F NOYA
diambil dari kickandy.com


Malam itu saya gelisah. Tidak bisa tidur. Pikiran saya bekerja ekstra keras. Dari mana saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Sampai jam tiga dini hari otak saya tetap tidak mampu memecahkan masalah yang saya hadapi.
Tadi sore saya mendapat kabar dari rumah sakit tempat kakak saya berobat. Menurut dokter, jalan terbaik untuk menghambat penyebaran kanker payudara yang menyerang kakak saya adalah dengan memotong kedua payudaranya. Untuk itu, selain dibutuhkan persetujuan saya, juga dibutuhkan sejumlah biaya untuk proses operasi tersebut.

Soal persetujuan, relatif mudah. Sejak awal saya sudah menyiapkan mental saya menghadapi kondisi terburuk itu. Sejak awal dokter sudah menjelaskan tentang risiko kehilangan payudara tersebut. Risiko tersebut sudah saya pahami. Kakak saya juga sudah mempersiapkan diri menghadapi kondisi terburuk itu.

Namun yang membuat saya tidak bisa tidur semalaman adalah soal biaya. Jumlahnya sangat besar untuk ukuran saya waktu itu. Gaji saya sebagai redaktur suratkabar tidak akan mampu menutupi biaya sebesar itu. Sebab jumlahnya berlipat-lipat dibandingkan pendapatan saya. Sementara saya harus menghidupi keluarga dengan tiga anak.

Sudah beberapa tahun ini kakak saya hidup tanpa suami. Dia harus berjuang membesarkan kelima anaknya seorang diri. Dengan segala kemampuan yang terbatas, saya berusaha membantu agar kakak dapat bertahan menghadapi kehidupan yang berat. Selain sejumlah uang, saya juga mendukungnya secara moril. Dalam kehidupan sehari-hari, saya berperan sebagai pengganti ayah dari anak-anak kakak saya.

Dalam situasi seperti itu kakak saya divonis menderita kanker stadium empat. Saya baru menyadari selama ini kakak saya mencoba menyembunyikan penyakit tersebut. Mungkin juga dia berusaha melawan ketakutannya dengan mengabaikan gejala-gejala kanker yang sudah dirasakannya selama ini. Kalau memikirkan hal tersebut, saya sering menyesalinya. Seandainya kakak saya lebih jujur dan berani mengungkapkan kecurigaannya pada tanda-tanda awal kanker payudara, keadaannya mungkin menjadi lain.

Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Pada saat saya akhirnya memaksa dia memeriksakan diri ke dokter, kanker ganas di payudaranya sudah pada kondisi tidak tertolong lagi. Saya menyesali tindakan kakak saya yang “menyembunyikan” penyakitnya itu dari saya, tetapi belakangan -- setelah kakak saya tiada -- saya bisa memaklumi keputusannya. Saya bisa memahami mengapa kakak saya menghindar dari pemeriksaan dokter. Selain dia sendiri tidak siap menghadapi kenyataan, kakak saya juga tidak ingin menyusahkan saya yang selama ini sudah banyak membantunya.

Namun ketika keadaan yang terbutruk terjadi, saya toh harus siap menghadapinya. Salah satu yang harus saya pikirkan adalah mencari uang dalam jumlah yang disebutkan dokter untuk biaya operasi. Otak saya benar-benar buntu. Sampai jam tiga pagi saya tidak juga menemukan jalan keluar. Dari mana mendapatkan uang sebanyak itu?

Kadang, dalam keputus-asaan, terngiang-ngiang ucapan kakak saya pada saat dokter menganjurkan operasi. “Sudahlah, tidak usah dioperasi. Toh tidak ada jaminan saya akan terus hidup,” ujarnya. Tetapi, di balik ucapan itu, saya tahu kakak saya lebih merisaukan beban biaya yang harus saya pikul. Dia tahu saya tidak akan mampu menanggung biaya sebesar itu.

Pagi dini hari itu, ketika saya tak kunjung mampu menemukan jalan keluar, saya lalu berlutut dan berdoa. Di tengah kesunyian pagi, saya mendengar begitu jelas doa yang saya panjatkan. “Tuhan, sebagai manusia, akal pikiranku sudah tidak mampu memecahkan masalah ini. Karena itu, pada pagi hari ini, aku berserah dan memohon Kepada-Mu. Kiranya Tuhan, Engkau membuka jalan agar saya bisa menemukan jalan keluar dari persoalan ini.” Setelah itu saya terlelap dalam kelelahan fisik dan mental.

Pagi hari, dari sejak bangun, mandi, sarapan, sampai perjalanan menuju kantor otak saya kembali bekerja. Mencari pemecahan soal biaya operasi. Dari mana saya mendapatkan uang? Adakah Tuhan mendengarkan doa saya? Pikiran dan hati saya bercabang. Di satu sisi saya sudah berserah dan yakin Tuhan akan membuka jalan, namun di lain sisi rupanya iman saya tidak cukup kuat sehingga masih saja gundah.

Di tengah situasi seperti itu, handphone saya berdering. Di ujung telepon terdengar suara sahabat saya yang bekerja di sebuah perusahaan public relations. Dengan suara memohon dia meminta kesediaan saya menjadi pembicara dalam sebuah workshop di sebuah bank pemerintah. Dia mengatakan terpaksa menelepon saya karena “keadaan darurat”. Pembicara yang seharusnya tampil besok, mendadak berhalangan. Dia memohon saya dapat menggantikannya.

Karena hari Sabtu saya libur, saya menyanggupi permintaan sahabat saya itu. Singkat kata, semua berjalan lancar. Acara worskshop itu sukses. Sahabat saya tak henti-henti mengucapkan terima kasih. Apalagi, katanya, para peserta puas. Bahkan pihak bank meminta agar saya bisa menjadi pembicara lagi untuk acara-acara mereka yang lain.

Sebelum meninggalkan tempat workshop, teman saya memberi saya amplop berisi honor sebagai pembicara. Sungguh tak terpikirkan sebelumnya soal honor ini. Saya betul-betul hanya berniat menyelamatkan sahabat saya itu. Tapi sahabat saya memohon agar saya mau menerimanya.

Di tengah perjalanan pulang hati saya masih tetap risau. Rasanya tidak enak menerima honor dari sahabat sendiri untuk pertolongan yang menurut saya sudah seharusnya saya lakukan sebagai sahabat. Tapi akhirnya saya berdamai dengan hati saya dan mencoba memahami jalan pikiran sahabat saya itu.

Malam hari baru saya berani membuka amplop tersebut. Betapa terkejutnya saya melihat angka rupiah yang tercantum di selembar cek di dalam amplop itu. Jumlahnya sama persis dengan biaya operasi kakak saya! Tidak kurang dan tidak lebih satu sen pun. Sama persis!

Mata saya berkaca-kaca. Tuhan, Engkau memang luar biasa. Engkau Maha Besar. Dengan cara-Mu Engkau menyelesaikan persoalanku. Bahkan dengan cara yang tidak terduga sekalipun. Cara yang sungguh ajaib.

Esoknya cek tersebut saya serahkan langsung ke rumah sakit. Setelah operasi, saya ceritakan kejadian tersebut kepada kakak saya. Dia hanya bisa menangis dan memuji kebesaran Tuhan.

Tidak cukup sampai di situ. Tuhan rupanya masih ingin menunjukkan kembali kebesaran-Nya. Tanpa sepengetahuan saya, Surya Paloh, pemilik harian Media Indonesia tempat saya bekerja, suatu malam datang menengok kakak saya di rumah sakit. Padahal selama ini saya tidak pernah bercerita soal kakak saya.

Saya baru tahu kehadiran Surya Paloh dari cerita kakak saya esok harinya. Dalam kunjungannya ke rumah sakit malam itu, Surya Paloh juga memutuskan semua biaya perawatan kakak saya, berapa pun dan sampai kapan pun, akan dia tanggung. Tuhan Maha Besar

UNTUK ISTRI Q

ISTRIKU….
Sebuah kata indah yang biasa hadir di benak laki laki….
Terbayang ketentraman yang sempurna, yang dihadirkan oleh seorang istri…
Senyum…. Bahasa tubuh… suara…. tatap riang…. Dan kegembiraan,
Semua menjadi bait bait kahyal yg sangat indah….

Ketika sosok dambaan hadir di kehidupan ini…
Galau bahagia pun terjadi…. Ada tangis hawatir, ada haru, ada sakit, juga bahagia…
Aqad nikah pun menjadi impian…. Berharap hayal keindahan terwujud nyata…
Ribuan langkah pendekatan pun dilakukan… demi impian indah untuk ketentraman….

Bahasa dalam hayal ini pun diuntai indah…. Maka makin indah pula lah angan ini…
Mengusik birahi…. Membangkitkan semangat untuk memberikan yang terbaik,
Sumeringah demi menjemput segenggam cinta….
Cantikku… aku datang……
Pucuk dicita ulam tiba…..
Kerinduan berbuah harapan.
Sosok cantik itu kini hadir menjadi mimpi nyata..
Diri pun terasa menjadi seorang yang perkasa…

Khithbah… melamar… kalimat keberanian yang membuat diri terasa dewasa….
Rasa percaya diri hadir menyelimuti langkah menuju rumah cantik idaman…
Dunia miliku… kebahagiaan seolah akan menjadi sesuatu yang abadi…
Dia akan menjadi miliku…

Degup jantung menjadi kencang saat sosok cantik hadir melangkah menuju altar persidangan…
Kami menjadi terdakwa yang paling berbahagia…
Kata lamaran pun disampaikan….
Kata terima pun diucapkan…..
Legaaaa ….. aaaach…. Bahagianya hati ini…
Terbayang berjuta keindahan menyertai setiap lekuk dan sendi diri ini…
Sosok cantik menggairahkan akan menjadi miliku yang abadi…
Seolah semua akan abadi… semua akan tetap segar tanpa kebosanan…

Cantik…. Hari itu dirimu adalah bidadariku…
Inginku hanya mimpi tentangmu…
Senyum malu mu… terbayang manis segar… mengundang hasrat dan silaturrahmi yg makin kokoh…
Tatapan ujung mata mu seolah lambaian tangan mu agar aku mendekat dan mendekat…

Cantikku akan menjadi milikku….

Gairah yang semarak menghiasi segenap langkah ku…
Hari hari penuh harap… optimis… melengkapi segala sikap bijak diri ini…
Perasaan dewasa menjadi warna diri yang dominan…
Komunikasi untuk cantikku menjadi rutinitas yang terasa wajib….

Kata… sayang, Cinta, Rindu, Butuh dan Untukmu…. Menjadi kata sehari hari yang indah..
Tawa dan suara yang dibuat indah menjadi rona perbincangan yang terasa sempurna….
Perhatian, unjuk rasa hawatir pun menjadi bagian perjalanan hati yang menyenangkan…
Semua terasa indah… sangat indah…. Sungguh memabukkan….

Sampai pada saat yang dinanti….
Wujud utuh dari jutaan harapan…
Aqad nikah… sebuah langkah ibadah… yg mewujudkan keimanan
Prosesi sakral yang ditunggu… demi menggapai ketentraman cinta…

Saya terima nikahnya …… putri kandung bapak dengan mahar …….
Kalimat pendek yang menghalalkan sesuatu yang utuh haram…
Kalimat yang mencetak jutaan pahala yang memenuhi hari hari pergaulan….
Kalimat perjanjian di hadapan Robbul ‘izzati….

SAH….. pernyataan para saksi aqad…
Barokallohu laka wa baroka ‘alaika wajama’a baina kumaa fii khairin…
Doa mengiringi keabsahan cinta…
Semoga tetap bahagia didalam kegembiraan dan bahagia di dalam sgl tekanan hdp…

Suami istri….. sebutan yang belum pernah didapat kini menjadi sebutan yang nyata ada…

Terima kasih ya Allah… Engkau pasangkan kami dalam cinta…
Kami ingin jadikan ini sebagai sujud kami pada Mu…
Kami harapkan keabadian cinta dan kerinduan dalam setiap langkah ibadah kami…

Istriku… rinduku… mari kita berjama’ah sujud dihadapan Nya…….

Khusyu…. Bersama menghamparkan sajadah indah …
Membuka jalan menuju gerbang cinta ilahi….
Susunan doa yang indah menjadi kalimat merayu…
Mengharap Robb membalas kerinduan ini…..

Gelut cinta kasih mungkin menyamarkan keikhlasan…
Antara birahi dan ilahi…
Cinta untuk cantikku yang begitu nyata begitu indah mengusik hati dan nafsu….
cinta untuk Robbul ‘izzati yang agung dan maha ghaib.

Hari hari penuh semangat, penuh keletihan…
Angan besar membahagiakan hamba titipan ilahi…
Inikah keindahan dunia….. ?
Atau inikah keagungan Nya yang sedang Allah pertontonkan ?

Bisikan tauhid bertempur dengan bisikan la’natullah…
Beradu kuat saling berkampanye…
Pendirian tauhidkan yang akan tumbuh…. Atau justru kemusyrikan… ?
Kerap tanpa sadar kemenangan diraih oleh salah satu pembisik ….

Tauhid atau kemusyrikan ?

Istriku cantik… mari tetap bersujud agar tauhid menjadi diri kita….

BERSAMA PAPIH TERCINTA

OLEH : DUDI MUTTAQIEN

DR KHEZ MUTTAQIEN nama yang sangat lekat di hati,
Kebersamaan yang terasa sangat singkat.
Keseharian yang sederhana, serba seadanya tanpa drama pencitraan,
Ketulusan akhlaq yang indah memberikan citra alami yang mengagumkan.
Perbincangan yang selalu diisi dengan cengkrama, menghiasi obrolan yang langka.
Senyuman yang bersih tidak menggambarkan dia sebagai orang besar….

Pagi… seusai mengaji… berjalan di pasar balubur
Memilih tahu kesukaan, tawar menawar dengan senyuman, seolah jelata tak berharga.
Bahasa yang sederhana dihiasi senyuman menyapa pedagang
Meluluhkan hati melembutkan sikap…
“sabaraha ieu mang ?” sapanya
“saratus tilu pa…” jawab pedagang…
“teu tiasa kirang …” tawarnya
“sakitu wae pa …” jawab pedagang
“sok atuh, ngagaleuh limaratuseun mang…” membeli dan tersenyum…
Berjalan pulang dari balubur…
Dihiasi kisah kisah hikmah sederhana yang menasihati…
Kalimat kalimat mesra yang saat ini sudah tidak pernah ada lagi…

MARAH ? tidak pernah ada marah…
Semua rona perjalanan menjadi ilmu..
Dia selalu mempelajari semuanya… sampai semua menjadi pengatahuan baginya…
“Untuk apa marah” pernyataannya…
Marah adalah gambar ketidak tahuan…
Ketika seorang tidak menemukan jalan keluar karena keawamannya..
Ketika benturan dianggap sebagai suatu yang menyakitkan…
Ketika kesalahan dianggap sebagai keburukan…
Marah akan menjadi aroma kehidupan orang itu….
Beturan… adalah pemacu yang akan melatihkan jurus jurus jitu untuk menghalau nya…
Kesalahan… adalah ilmu yang diajarkan Allah dari sisi yang bersebrangan…
“Untuk apa marah…?” demikian pernyataannya…

Tik tak tak tik tak…. Bunyi mesin tik dari ruang kerjanya…
Menjadi suara alunan musik rutin menghibur seisi rumah…
Selembar selembar naskah ditulis…
Mengisi hari hari keberadaannya di rumah yang sangat langka..
“nuju ngetik kanggo naon pih…?” saya bertanya
“ah… ieu mah nyerat we…” jawabnya
“naon nu diseratna…” Tanya saya
“elmu… supados ulah hilap..” jawabnya
Baginya semua adalah ilmu…. Dicatat… tidak dilupakan karena semua adalah hikmah…

“hadlirin Rahimakumullah…” sapa Muttaqien dari atas mimbar..
Tegur sapa seolah berbincang bercengkrama bersama para pendengar…
Terasa begitu dekat, seolah sedang berbincang akrab dengan teman bicara…
Para pendengar menyimak dengan senyuman….
Terenyuh malu terasa dinasihati dengan belaian…
Cerita keseharian yang menjadi ilmu yang besar membentuk kesempurnaan akhlaq diri…

Suatu pagi seusai pencoblosan pada satu pemilu…
Duduk rileks membaca Koran…
Seolah plong seusai tugas bangsa untuk demokrasi…
“milih naon pih….?” Anak anaknya menyapa…
“milih partey….” Jawabnya…
“Partey naon…?” mendesak bertanya penuh penasaran
dia hanya menjawab dengan tersenyum mengajari demokratis untuk anak anaknya..
almarhum tidak memaksakan kesamaan…
dia hargai segala perbedaan sebagai dinamika…
kami di didik dengan keteladanan bukan dengan perintah dan dogma

ada saat papih menangis….
Menatap satu persatu perjalanan rumah tangga anak anaknya…
Lirih terdengar pada solat malamnya … doa doa sakinah untuk anak anaknya
Kehawatiran akan keselamatan rumah tangga anak anaknya selalu menjadi materi doa nya….
“Ya Allah…. Lindungi perjalanan rumah tangga anak anak kami…. Tuntun dan bimbing perjalan mereka…Kaya kan mereka dengan ketaqwaan… anugrahkan bagi kami keturunan yang beriman yang mampu menjaga iman kami dan iman keturunan kami sampai hari akhir nanti… anugrahkan bagi keturunan kami harta yang membuat mereka kaya di akhirat Mu, bukan harta yang menyisa dan memiskinkan mereka di akhirat Mu kelak… jadikan pasangan anak anak kami pasangan yang membuat mereka mendapatka ridho Mu … bukan pasangan yang menjerumuskanmereka kedalam siksa Mu… Ya Allah…. Pilih lah keturunan kami menjadi ahli surga Mu… jadikan kami hamba yang pantas mendapatkan ridho Mu…. ….. ….”
Untaian kalimat doa yang seolah tidak pernah bisa berhenti..
Yang hadir dari ketulusan, harapan dan kehawatiran…
Kesatuan rasa cinta yang diungkap dalam doa dan keteladanan…

PAPIH…. KAMI BANGGA MENJADI ANAKMU…
DI TENGAH RINDU KAMI….
KAMI INGIN MENELADANI SEPAK TERJANGMU
KAMI BAHAGIA DIDIDIK OLEHMU
KAMI INGIN MENJADI SEPERTIMU
YA ALLAH… KUMPULKAN KAMI DALAM RIDHO MU DI SURGA MU… AMIIIEN…

MENGALIRLAH BERSAMA TETES TETES AIR

oleh: DADAN HERMAWAN
Sore ini ku lalui bersama onggokan onggokan batu kali, bersama kelokan sungai dan jernihnya air yang mengalir di heninggnya pepohonan rindang dan mentari yang menguning. Gemercik suara air itu perlahan menerbangkan ingatan pada panjangnya perjalanan sang pengembara yang terus menyusuri terjalnya bebatuan dan alur yang amat berliku meburu muara nun jauh di sana.
Sejenak ku tertegum saat membayangkan kisah perjalanannya… dia pergi mengikuti setiap takdirnya dan berlari tiada henti, menyisir tebing merentas setiap alas dan terjun melompati alur yang deras, bahkan terkadang ia harus mengalir bersama sampah dan limbah limbah.. sungguh perjalanan yang luar biasa dan teramat berat. Namun kita akan sepakat bahwa mereka sang pengembara itu tak pernah lelah tuk berhenti mengalir, tak pernah berkeluh kesah saat melipat raganya di terjalnya bebatuan, dan tak segan tuk berseri melompati tebing tebing yang amat tinggi, mereka tak pernah merintih meniti takdir namun terus melaju dengan senyum memadu dan menebar berkah di setiap tempat yang disinggahi dan dilaluinya, dan kita menyaksikan betapa riangnya mereka bernyanyi gemercik di antara bebatuan. betapa indahnya mereka melompat di tebing tebing tinggi nan curam dan dengan kasih sayang memberikan kesegaran. Sungguh kita harus belajar seni meniti takdir dari setetes air yang tiada henti dan tak pernah kembali.
Saatnya kita merentasi panjangnya alur takdir kehidupan seperti tetesan tetesan air, terus melaju tanpa ragu walau penuh liku, tiada henti meniti hari walau di tebing tebing ujian tinggi, tanpa keluh menjauh dari hulu dan terus menebar arti dan hamparan hikmah pada setiap langkah pada takdir yang tlah pasti kan kita lalui.
Saudaraku…. Setetes air yang mengalir tak kan pernah terhenti dan kembali, ia kan mengejar muara atau pergi mengangkasa, dan jika suatu hari nanti dia datang kembali maka kan kembali dan telah berganti, berganti kisahnya, berganti alurnya , berganti canda tawanya, berganti hikmah dan berkah namun tetap tak mengganti artinya bahwa dia harus tetap berbagi segalanya, karena mereka tau bahwa dia takkan kembai.
Bisakah kita mengalir bersama air untuk terus berlalu memburu muara rindu dan berjalan tanpa beban karena hidup takdir yang sudah ditentukan, berbag sepanjang hari dan menebar hikmah sepanjang perjalanan tanpa keluhan karena kita amat paham bahwa semuanya tak akan kembali lagi.
Bisakah kita terus mengalir bersama tetesan air dan tak lagi menggenang di kolam kolam tanpa aliran dan terdiam bersama kuman kuman serta menguap tak karuan ? maka mengalirlah dan jangan biarkan hidup ini hanya berlalu pada kisah yang terus berulang ulang tentang kisah bisnis dunia yang tak pernah usai.
Mari mengalir bersama takdir dan tetesa tetesan air yang terus menebar butir butir arti dan tak akan pernah kembali kecuali telah berganti diri…………