Sabtu, 14 November 2009

BERSAMA PAPIH TERCINTA

OLEH : DUDI MUTTAQIEN

DR KHEZ MUTTAQIEN nama yang sangat lekat di hati,
Kebersamaan yang terasa sangat singkat.
Keseharian yang sederhana, serba seadanya tanpa drama pencitraan,
Ketulusan akhlaq yang indah memberikan citra alami yang mengagumkan.
Perbincangan yang selalu diisi dengan cengkrama, menghiasi obrolan yang langka.
Senyuman yang bersih tidak menggambarkan dia sebagai orang besar….

Pagi… seusai mengaji… berjalan di pasar balubur
Memilih tahu kesukaan, tawar menawar dengan senyuman, seolah jelata tak berharga.
Bahasa yang sederhana dihiasi senyuman menyapa pedagang
Meluluhkan hati melembutkan sikap…
“sabaraha ieu mang ?” sapanya
“saratus tilu pa…” jawab pedagang…
“teu tiasa kirang …” tawarnya
“sakitu wae pa …” jawab pedagang
“sok atuh, ngagaleuh limaratuseun mang…” membeli dan tersenyum…
Berjalan pulang dari balubur…
Dihiasi kisah kisah hikmah sederhana yang menasihati…
Kalimat kalimat mesra yang saat ini sudah tidak pernah ada lagi…

MARAH ? tidak pernah ada marah…
Semua rona perjalanan menjadi ilmu..
Dia selalu mempelajari semuanya… sampai semua menjadi pengatahuan baginya…
“Untuk apa marah” pernyataannya…
Marah adalah gambar ketidak tahuan…
Ketika seorang tidak menemukan jalan keluar karena keawamannya..
Ketika benturan dianggap sebagai suatu yang menyakitkan…
Ketika kesalahan dianggap sebagai keburukan…
Marah akan menjadi aroma kehidupan orang itu….
Beturan… adalah pemacu yang akan melatihkan jurus jurus jitu untuk menghalau nya…
Kesalahan… adalah ilmu yang diajarkan Allah dari sisi yang bersebrangan…
“Untuk apa marah…?” demikian pernyataannya…

Tik tak tak tik tak…. Bunyi mesin tik dari ruang kerjanya…
Menjadi suara alunan musik rutin menghibur seisi rumah…
Selembar selembar naskah ditulis…
Mengisi hari hari keberadaannya di rumah yang sangat langka..
“nuju ngetik kanggo naon pih…?” saya bertanya
“ah… ieu mah nyerat we…” jawabnya
“naon nu diseratna…” Tanya saya
“elmu… supados ulah hilap..” jawabnya
Baginya semua adalah ilmu…. Dicatat… tidak dilupakan karena semua adalah hikmah…

“hadlirin Rahimakumullah…” sapa Muttaqien dari atas mimbar..
Tegur sapa seolah berbincang bercengkrama bersama para pendengar…
Terasa begitu dekat, seolah sedang berbincang akrab dengan teman bicara…
Para pendengar menyimak dengan senyuman….
Terenyuh malu terasa dinasihati dengan belaian…
Cerita keseharian yang menjadi ilmu yang besar membentuk kesempurnaan akhlaq diri…

Suatu pagi seusai pencoblosan pada satu pemilu…
Duduk rileks membaca Koran…
Seolah plong seusai tugas bangsa untuk demokrasi…
“milih naon pih….?” Anak anaknya menyapa…
“milih partey….” Jawabnya…
“Partey naon…?” mendesak bertanya penuh penasaran
dia hanya menjawab dengan tersenyum mengajari demokratis untuk anak anaknya..
almarhum tidak memaksakan kesamaan…
dia hargai segala perbedaan sebagai dinamika…
kami di didik dengan keteladanan bukan dengan perintah dan dogma

ada saat papih menangis….
Menatap satu persatu perjalanan rumah tangga anak anaknya…
Lirih terdengar pada solat malamnya … doa doa sakinah untuk anak anaknya
Kehawatiran akan keselamatan rumah tangga anak anaknya selalu menjadi materi doa nya….
“Ya Allah…. Lindungi perjalanan rumah tangga anak anak kami…. Tuntun dan bimbing perjalan mereka…Kaya kan mereka dengan ketaqwaan… anugrahkan bagi kami keturunan yang beriman yang mampu menjaga iman kami dan iman keturunan kami sampai hari akhir nanti… anugrahkan bagi keturunan kami harta yang membuat mereka kaya di akhirat Mu, bukan harta yang menyisa dan memiskinkan mereka di akhirat Mu kelak… jadikan pasangan anak anak kami pasangan yang membuat mereka mendapatka ridho Mu … bukan pasangan yang menjerumuskanmereka kedalam siksa Mu… Ya Allah…. Pilih lah keturunan kami menjadi ahli surga Mu… jadikan kami hamba yang pantas mendapatkan ridho Mu…. ….. ….”
Untaian kalimat doa yang seolah tidak pernah bisa berhenti..
Yang hadir dari ketulusan, harapan dan kehawatiran…
Kesatuan rasa cinta yang diungkap dalam doa dan keteladanan…

PAPIH…. KAMI BANGGA MENJADI ANAKMU…
DI TENGAH RINDU KAMI….
KAMI INGIN MENELADANI SEPAK TERJANGMU
KAMI BAHAGIA DIDIDIK OLEHMU
KAMI INGIN MENJADI SEPERTIMU
YA ALLAH… KUMPULKAN KAMI DALAM RIDHO MU DI SURGA MU… AMIIIEN…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar